Kamis, 04 November 2021

KAGUM

Seperti qori yang berhati-hati saat

Mengeja setiap lafadz Ilahi

Kehati-hatianku bekerja

Agar tak salah menafsirkan bahasa matamu.

 

Seperti kuda yang lincah

Menyusur pacu

Penyusuranku semakin dalam

Merambahi lekak-lekuk senyum mungilmu.

 

Dan seperti ibu yang sedang mengandung

Biarlah aku menjadi lumbung

Yang berhak menampung

Janin-janin duka-mesramu.

 

Sekarang ataupun lusa

Selama sukmamu belumlah fana,

Tabah diriku masihlah utuh

Memeluk udara yang membawa harum tubuhmu.


Klaten, 19 Agustus 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MASIHKAH KITA?
Sesore ini, Sedang hujan kian membasahi Di sela-sela bale bambu depan rumahku Kuselipkan sepilihan rindu Sambil terus bermunajat Pada semesta sore yang menjadi waktu paling romantis?
MENGUNGKAP YANG TERSEMBUNYI
Cinta, menurut Jalaluddin ar-Rumi, merupakan cahaya kehidupan dan nilai kemanusiaan. Sesungguhnya cinta itu kekal; jadi harus diberikan kepada yang kekal pula. Ia tidak pantas diberikan kepada yang ditakdirkan fana’
SEBELUM KUPERGI BERLADANG
Sama seperti kemarin, aku berdo’a sebelum beranjak menuju ladang kopiku yang juga merupakan warisan orang tuaku. Di sela do’aku, Amad; begitu aku memanggil anakku; datang menghampiriku dengan membawa setoples emping dan secangkir kopi khas racikan keluarga. “Bah, ini kubuatkan kopi untuk abah...spesial dari anak abah tercinta”, ujarnya sambil menaruh secangkir kopi hangat di hadapanku.