Selasa, 21 April 2020

BERAWAL DARI DUKA

https://wallpapercave.com/sad-background


Dukamu
Dukaku jua, kasih.
Kita bersitahan di atas tajamnya nestapa
Menyemai kasmaran yang mulai menua
Mengabrakadabrakan sepilihan kenang
Seraya merayakan ingatan yang tak lagi berpulang
Tanpa kampung halaman.

Selagi kita mengimani bahwa cinta adalah duka
Kesedihan manalagi yang kuasa mengantar air mata.

Kita.
Adalah dua suku cerita
Yang penuh kenang
Yang tercecer di trotoar jalan
Yang semakin habis digerus derasnya hujan di penghujung Februri.

Yogyakarta, 05 September 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MASIHKAH KITA?
Sesore ini, Sedang hujan kian membasahi Di sela-sela bale bambu depan rumahku Kuselipkan sepilihan rindu Sambil terus bermunajat Pada semesta sore yang menjadi waktu paling romantis?
MENGUNGKAP YANG TERSEMBUNYI
Cinta, menurut Jalaluddin ar-Rumi, merupakan cahaya kehidupan dan nilai kemanusiaan. Sesungguhnya cinta itu kekal; jadi harus diberikan kepada yang kekal pula. Ia tidak pantas diberikan kepada yang ditakdirkan fana’
SEBELUM KUPERGI BERLADANG
Sama seperti kemarin, aku berdo’a sebelum beranjak menuju ladang kopiku yang juga merupakan warisan orang tuaku. Di sela do’aku, Amad; begitu aku memanggil anakku; datang menghampiriku dengan membawa setoples emping dan secangkir kopi khas racikan keluarga. “Bah, ini kubuatkan kopi untuk abah...spesial dari anak abah tercinta”, ujarnya sambil menaruh secangkir kopi hangat di hadapanku.