Mihaly hidup bersama ayahnya,
seorang diplomat Hungaria. Setelah dapat menyelamatkan diri dari perang yang
berkecamuk di Hungaria, ayahnya mendapatkan tugas sebagai duta besar Hungaria
untuk Swiss. Tidak lama kemudia, sang ayah memustuskan untuk berhenti dari
pekerjaannya tersebut dikarenakan rezim Komunis telah menguasai perpolitikan
Hungaria, idealismenya tak mengizinkannya untuk berkiprah pada rezim tersebut.
Pengunduran dirinya dari kedutaan berakhir dengan diusir dan dicabutnya
kewarganegaraan mereka oleh rezim Komunis dari Hungaria.
Akibat dari hal tersebut, memaksa
Mihaly sering melakukan perjalanan dan banyak berpindah dari satu negara ke
negara lain. Pada satu kesempatan, Mihaly menghadiri ceramah psikologi yang
disampaikan oleh salah seorang psikolog terkemuka yang dari ceramah tersebut
menstimulus Mihaly untuk lebih dalam mempelajari dan memasuki dunia psikologi.
Perjalannya dalam menekuni dunia
psikologi ternyata mengharumkan namanya dan menjadikannya sebagai salah satu
tokoh ilmuan psikologi terkemuka dunia. Martin Sligman, seorang ilmuan psikolog
yang terkenal dengan Psikologi Positifnya, menyebut Mihaly sebagai seorang ahli
psokologi positif terkemuka dunia.
Mihaly banyak menghabiskan
waktunya dalam melakukan penelitian seputar “aliran”. Dalam konsep aliran
tersebut, mihaly mengkaji seputar kreatifitas. Temuan-temuannya telah banyak
ditulis dalam buku yang berjudul Creativity: Flow and te Psycology of
Discovery and Invention. Buku tersebut mengupas banyak hal seputar
kreatifitas.
Csikszentmihallyi menyatakan
bahwasannya untuk meningkatkan kreatifitas akan lebih mudah dengan mengubah
kondisi lingkungan dibandingkan dengan mencoba membuat orang berpikir secara
lebih kreatif. Dengan demikian suatu pekerjaan yang dilakukan dari hasil kreatifitas
bukanlah timbul secara tiba-tiba dalam pikiran seseorang, melainkan diperoleh
dari hasil pemikiran yang mendalam dan kerja keras yang dilakukan terhadap
suatu hal.[1]
Dengan demikian, perhatian yang mendalam dari seseorang terhadap suatu kawasan
(baik yang bersifat formiil maupun materiil) yang diminatinya adalah hal
mendasar yang dapat melahirkan sebuah kreatifitas. Namun demikian, kemampuan
fokus seseorang sangatlah terbatas pada bidang-bidang tertentu saja. Sebagai
contoh, Christiano Ronaldo dapat melakukan trik-trik baru dan menakjubkan dalam
dunia sepak bola berkaitan dengan teknik penguasaan bola dimana tidak dapat
dipungkiri bahwa kemampuannya tersbut adalah hasil dari banyaknya perhatian dan
latihan yang dilakukannya selama bertahun-tahun, dan kini ia menjadi seorang
pesepak bola yang dapat menunjukkan banyak hal baru kepada para lawan dan
penontonnya di tengah gelanggang hijau. Begitupun dengan Leonardo Da Vinci,
Picasso, Einsten, Sir Issac Newton, yang telah mengubah budaya dan peradaban kita
pada kawasan-kawasan tertentu sesuai dengan perhatian mereka masing-masing.
Csikszentmihalyi menyebut orang-orang
seperti mereka dengan sebutan orang kreatif tanpa kualifikasi.
Csikszentmihalyi agaknya lebih
tertarik dengan pertanyaan di mana kreatifitas dibanding dengan apa
itu kreatifitas. Hal ini dikarenakan kreatifitas itu sendiri hanya dapat ditelusuri melalui pemahaman
terhadap interelasi sistem di antara tiga komponen utama. Pertama, Kawasan,
yang berisikan aturan dan prosedur simbolik, misalnya, aturan dan simbol yang
terdapat di dalam rumusan fisika quantum dan teori tentang pergeseran lempeng
tektonik. Kedua, Bidang, yang mencakup seluruh individu atau kelompok
tugas yang menjalankan fungsi penjagaan terhadap kawasan. Kawasan Studi Islam
misalnya, bidang terdiri dari guru dirosah, ulama, penceramah, agen/lembaga
pemerintahan yang berhubungan dengan Studi Islam. Ketiga, Orang,
kreatifitas muncul ketika seseorang menggunakan dan mencurahkan perhatiannya
pada suatu kawasan yang ada dengan simbol-simbol dari kawasan tersebut. Oleh
karena itu, kreatifitas dapat dilihat dan diamati dari dan/atau dalam proses
peradaban manusia melaui interelasi sistem ketiga komponen tersebut.
Kreatifitas itu sendiri pun tidak
terbatas hanya pada ide/pernyataan pikiran semata, melainkan juga
terejawantahkan ke dalam berbagai bentuk tindakan pekerjaan dan juga produl
yang dihasilkan.
Proses kreatifitas, sebagaimana yang dijelaskan oleh
Mihaly, juga dapat terbentuk dari pengaruh pengetahuan yang diterima dan
diserap oleh individu di masa lalu dengan mengaitkannya dengan pengetahuan saat
ini untuk merancang sebuah kreatifitas di masa yang akan datang. Oleh sebab
itu, seseorang akan kesulitan menemukan hal-hal baru yang berguna dalam
pemecahan masalah seputar hukum matematika jika orang tersebut tidak memiliki
perhatian dan pengetahuan tentang kawasan tersebut. Proses kreatifitas juga
dapat dipengaruhi oleh adanya tekanan dari lingkungan tempat individu tinggal.
seorang yang kreatif adalah mereka yang mampu membuka diri dari hadirnya
pengaruh lingkungan mereka, saran guru, kritik seorang teman, berita telivisi,
bahkan termasuk ide-ide yang berkembang di kalangan para ilmuan dan peneliti.
Kreatifitas merupakan pengalaman
yang autotelic, yaitu ketika
seseorang melakukan suatu pekerjaan pada kawasan tertentu yang disenanginya,
pada kawasan tersebutlah perhatian dan fokus tercurah yang kemudian menghendaki
hadirnya aliran(flow) dan kebahagiaan.
Bayangkan jika seorang anak yang
menggemari olah raga atletik diminta untuk memperoleh nilai A pada mata
pelajaran fisika. Kiranya anak tersebut akan merasakan kejenuhan yang teramat
sangat selama proses pembelajaran fisika, waktu seakan berjalan begitu lambat,
simbol-simbol yang dilihatnya pada buku pelajaran seakan menjadi bom waktu yang
sewaktu-waktu dapat meledakkan isi kepalanya. Dan sekarang, coba perhatikan
seorang siswa yang memiliki minat dan fokus pada pelajaran seni, berilah ia
satu paket lengkap alat lukis, jauhkan dari matematika, fisika, atau bilogi
misalnya. Maka akan kita dapati siswa tersebut seakan tenggelam dalam
imajinasinya, waktu bagaikan tenggelam ke dasar bumi, berlalu begitu cepat, dan
kemudian kita dapati darinya sebuah lukisan yang indah dan senyum yang merekah.
Csikszentmihalyi menyebut keadaan
siswa pelukis tersebut sebagai kondisi “mengalir (flow)”, yaitu keadaan
di mana pikiran sesorang sepenuhnya terpusat pada satu kegiatan dan dilakukan
dengan penuh kenikmatan. Dengan mencapai keadaan flow ini dapat membantu
seseorang merasakan kenikmatan dan kebahagian dari suatu aktifitas serta
perasaan akan keterlibatan secara penuh dan rasa kebermanfaatan yang tinggi
dalam tugas/pekerjaan yang dihadapi. Seseorang yang mencapai kondisi flow akan
lebih banyak menghasilkan hal-hal kreatif.
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa konsisi “mengalir (flow)” adalah jalan menuju lahirnya peradaban manusia yang penuh dengan penemuan-penemuan inovatif serta solusi-solusi kreatif dalam upaya menjawab tantangan dan/atau persoalan zaman yang destruktif.