Rabu, 18 Agustus 2021

THEORY of CREATIVITY AND FLOW - Mihaly Csikszentmihalyi

Pada abad ke-20, dunia psikologi modern mendapatkan angin segar yang dihembuskan oleh para psikolog brilian, atau mungkin lebih tepatnya kreatif (jika merujuk pada pengertian yang dibuat oleh Mihaly). Salah seorang di antara psikolog kreatif tersebut adalah Mihaly Csikszentmihalyi, seorang ilmuan psikologi berdarah Hungaria. Mihaly lahir di saat perang dunia kedua sedang berkecamuk, September 1934. Anak ketiga dari tiga bersaudara, kedua kaka tirinya meninggal di saat Mihaly masih muda. Satu diantara meninggal disebabkan perang yang pecah di Budapest, satu yang lainya terpaksa harus pergi meninggalkan keluarganya karena dibawa paksa menuju kamp prajuit guna menambah kekuakan perang. Csikszentmihalyi sendiri diambil dari nama sebuah desa yang teletak di Transylvania.


Mihaly hidup bersama ayahnya, seorang diplomat Hungaria. Setelah dapat menyelamatkan diri dari perang yang berkecamuk di Hungaria, ayahnya mendapatkan tugas sebagai duta besar Hungaria untuk Swiss. Tidak lama kemudia, sang ayah memustuskan untuk berhenti dari pekerjaannya tersebut dikarenakan rezim Komunis telah menguasai perpolitikan Hungaria, idealismenya tak mengizinkannya untuk berkiprah pada rezim tersebut. Pengunduran dirinya dari kedutaan berakhir dengan diusir dan dicabutnya kewarganegaraan mereka oleh rezim Komunis dari Hungaria.


Akibat dari hal tersebut, memaksa Mihaly sering melakukan perjalanan dan banyak berpindah dari satu negara ke negara lain. Pada satu kesempatan, Mihaly menghadiri ceramah psikologi yang disampaikan oleh salah seorang psikolog terkemuka yang dari ceramah tersebut menstimulus Mihaly untuk lebih dalam mempelajari dan memasuki dunia psikologi.


Perjalannya dalam menekuni dunia psikologi ternyata mengharumkan namanya dan menjadikannya sebagai salah satu tokoh ilmuan psikologi terkemuka dunia. Martin Sligman, seorang ilmuan psikolog yang terkenal dengan Psikologi Positifnya, menyebut Mihaly sebagai seorang ahli psokologi positif terkemuka dunia.


Mihaly banyak menghabiskan waktunya dalam melakukan penelitian seputar “aliran”. Dalam konsep aliran tersebut, mihaly mengkaji seputar kreatifitas. Temuan-temuannya telah banyak ditulis dalam buku yang berjudul Creativity: Flow and te Psycology of Discovery and Invention. Buku tersebut mengupas banyak hal seputar kreatifitas.


Csikszentmihallyi menyatakan bahwasannya untuk meningkatkan kreatifitas akan lebih mudah dengan mengubah kondisi lingkungan dibandingkan dengan mencoba membuat orang berpikir secara lebih kreatif. Dengan demikian suatu pekerjaan yang dilakukan dari hasil kreatifitas bukanlah timbul secara tiba-tiba dalam pikiran seseorang, melainkan diperoleh dari hasil pemikiran yang mendalam dan kerja keras yang dilakukan terhadap suatu hal.[1] Dengan demikian, perhatian yang mendalam dari seseorang terhadap suatu kawasan (baik yang bersifat formiil maupun materiil) yang diminatinya adalah hal mendasar yang dapat melahirkan sebuah kreatifitas. Namun demikian, kemampuan fokus seseorang sangatlah terbatas pada bidang-bidang tertentu saja. Sebagai contoh, Christiano Ronaldo dapat melakukan trik-trik baru dan menakjubkan dalam dunia sepak bola berkaitan dengan teknik penguasaan bola dimana tidak dapat dipungkiri bahwa kemampuannya tersbut adalah hasil dari banyaknya perhatian dan latihan yang dilakukannya selama bertahun-tahun, dan kini ia menjadi seorang pesepak bola yang dapat menunjukkan banyak hal baru kepada para lawan dan penontonnya di tengah gelanggang hijau. Begitupun dengan Leonardo Da Vinci, Picasso, Einsten, Sir Issac Newton, yang telah mengubah budaya dan peradaban kita pada kawasan-kawasan tertentu sesuai dengan perhatian mereka masing-masing. Csikszentmihalyi menyebut orang-orang  seperti mereka dengan sebutan orang kreatif tanpa kualifikasi.


Csikszentmihalyi agaknya lebih tertarik dengan pertanyaan di mana kreatifitas dibanding dengan apa itu kreatifitas. Hal ini dikarenakan kreatifitas itu sendiri  hanya dapat ditelusuri melalui pemahaman terhadap interelasi sistem di antara tiga komponen utama. Pertama, Kawasan, yang berisikan aturan dan prosedur simbolik, misalnya, aturan dan simbol yang terdapat di dalam rumusan fisika quantum dan teori tentang pergeseran lempeng tektonik. Kedua, Bidang, yang mencakup seluruh individu atau kelompok tugas yang menjalankan fungsi penjagaan terhadap kawasan. Kawasan Studi Islam misalnya, bidang terdiri dari guru dirosah, ulama, penceramah, agen/lembaga pemerintahan yang berhubungan dengan Studi Islam. Ketiga, Orang, kreatifitas muncul ketika seseorang menggunakan dan mencurahkan perhatiannya pada suatu kawasan yang ada dengan simbol-simbol dari kawasan tersebut. Oleh karena itu, kreatifitas dapat dilihat dan diamati dari dan/atau dalam proses peradaban manusia melaui interelasi sistem ketiga komponen tersebut.


Kreatifitas itu sendiri pun tidak terbatas hanya pada ide/pernyataan pikiran semata, melainkan juga terejawantahkan ke dalam berbagai bentuk tindakan pekerjaan dan juga produl yang dihasilkan.


Proses kreatifitas, sebagaimana yang dijelaskan oleh Mihaly, juga dapat terbentuk dari pengaruh pengetahuan yang diterima dan diserap oleh individu di masa lalu dengan mengaitkannya dengan pengetahuan saat ini untuk merancang sebuah kreatifitas di masa yang akan datang. Oleh sebab itu, seseorang akan kesulitan menemukan hal-hal baru yang berguna dalam pemecahan masalah seputar hukum matematika jika orang tersebut tidak memiliki perhatian dan pengetahuan tentang kawasan tersebut. Proses kreatifitas juga dapat dipengaruhi oleh adanya tekanan dari lingkungan tempat individu tinggal. seorang yang kreatif adalah mereka yang mampu membuka diri dari hadirnya pengaruh lingkungan mereka, saran guru, kritik seorang teman, berita telivisi, bahkan termasuk ide-ide yang berkembang di kalangan para ilmuan dan peneliti.


Kreatifitas merupakan pengalaman yang autotelic,  yaitu ketika seseorang melakukan suatu pekerjaan pada kawasan tertentu yang disenanginya, pada kawasan tersebutlah perhatian dan fokus tercurah yang kemudian menghendaki hadirnya aliran(flow) dan kebahagiaan.


Bayangkan jika seorang anak yang menggemari olah raga atletik diminta untuk memperoleh nilai A pada mata pelajaran fisika. Kiranya anak tersebut akan merasakan kejenuhan yang teramat sangat selama proses pembelajaran fisika, waktu seakan berjalan begitu lambat, simbol-simbol yang dilihatnya pada buku pelajaran seakan menjadi bom waktu yang sewaktu-waktu dapat meledakkan isi kepalanya. Dan sekarang, coba perhatikan seorang siswa yang memiliki minat dan fokus pada pelajaran seni, berilah ia satu paket lengkap alat lukis, jauhkan dari matematika, fisika, atau bilogi misalnya. Maka akan kita dapati siswa tersebut seakan tenggelam dalam imajinasinya, waktu bagaikan tenggelam ke dasar bumi, berlalu begitu cepat, dan kemudian kita dapati darinya sebuah lukisan yang indah dan senyum yang merekah.


Csikszentmihalyi menyebut keadaan siswa pelukis tersebut sebagai kondisi “mengalir (flow)”, yaitu keadaan di mana pikiran sesorang sepenuhnya terpusat pada satu kegiatan dan dilakukan dengan penuh kenikmatan. Dengan mencapai keadaan flow ini dapat membantu seseorang merasakan kenikmatan dan kebahagian dari suatu aktifitas serta perasaan akan keterlibatan secara penuh dan rasa kebermanfaatan yang tinggi dalam tugas/pekerjaan yang dihadapi. Seseorang yang mencapai kondisi flow akan lebih banyak menghasilkan hal-hal kreatif.


Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa konsisi “mengalir (flow)” adalah jalan menuju lahirnya peradaban manusia yang penuh dengan penemuan-penemuan inovatif serta solusi-solusi kreatif dalam upaya menjawab tantangan dan/atau persoalan zaman yang destruktif.



[1] Dr. Muhammad Yaumi, Kreatifitas: Aliran dan Psikologi Penemuan dan Penciptaan(Book Review).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MASIHKAH KITA?
Sesore ini, Sedang hujan kian membasahi Di sela-sela bale bambu depan rumahku Kuselipkan sepilihan rindu Sambil terus bermunajat Pada semesta sore yang menjadi waktu paling romantis?
MENGUNGKAP YANG TERSEMBUNYI
Cinta, menurut Jalaluddin ar-Rumi, merupakan cahaya kehidupan dan nilai kemanusiaan. Sesungguhnya cinta itu kekal; jadi harus diberikan kepada yang kekal pula. Ia tidak pantas diberikan kepada yang ditakdirkan fana’
SEBELUM KUPERGI BERLADANG
Sama seperti kemarin, aku berdo’a sebelum beranjak menuju ladang kopiku yang juga merupakan warisan orang tuaku. Di sela do’aku, Amad; begitu aku memanggil anakku; datang menghampiriku dengan membawa setoples emping dan secangkir kopi khas racikan keluarga. “Bah, ini kubuatkan kopi untuk abah...spesial dari anak abah tercinta”, ujarnya sambil menaruh secangkir kopi hangat di hadapanku.