Rabu, 24 Mei 2017

Catatan Student Exchange Ahwal Al Syakhshiyyah "Menjalin Persaudaraan di Negeri Jiran - day 5"

DIALOG INDAH DALAM SENDIRI
Saat sendiri tak mesti sepi

Masih di tempat yang sama, Malaysia. hal terindah dalam suatu perjalanan ialah langkah, langkah akan terus mengantarkanmu ketempat diamana hatimu tertuju dan dia akan setia menemanimu dalam setiap detik di kehidupanmu. Kiranya begitulah sedikit celotehan "ceha" pada dirinya di sela kesendiriannya hari ini, mengingat ia telah membulatkan tekad untuk tidak ikut pada teman-temannya yang berkunjung ke Singapura, dataran yang luasnya tak begitu jauh dengan ibu kota negaranya tapi memiliki tingkat kemajuan yang sangat pesat dan prestasi globalisasi yang menjulang. Setidaknya hari ini dia sendiri, memang begitulah nampaknya yang ia inginkan, dapat merasakan kesendirian dan keantah berantahan di suatu negara. 

Menikmati hari bersama dunia serta orang-orang di dalamnya yang belum pernah ia kenal sebelumnya adalah suatu prestasi tersendiri baginya, ditemani oleh teriknya mentari dan hangatnya manusia menambah "ceha" semakin jatuh cinta pada keterasingannya itu. Hari ini sebangunnya ia dari tidur panjangnya semalam, bergegaslah ia untuk menyiapkan langkah berikutnya dan menyammbut dunia. Sejurus kemudian "ceha" telah berada di tengah keramaian manusia, di stasiun kereta yang akan mengantarkan langkahnya memenuhi panggilan hati yang tak terasa semakin lama semakin menggebeu-gebu. Dataran Merdeka, kesanalah ternyata hatinya berkata. Sebelum keberangkatannya ke Malaysia, salah seorang teman yang sudah terlebih dulu mengunjungi negara ini sempat merekomendasikan pada "ceha" untuk mengunjungi daerah tersebut. Dari rasa penasarannya yang tinggi pada tempat tersebut, akhirnya sampailah "ceha" di sana. Namun selangkah sebelum ia ke Dataran Merdeka, dia mencuri waktunya untuk singgah ke Mesjid Jamek, masjid yang juga menjadi salah satu icon di Kuala Lumpur bagi para wisatawan khususnya wisatawan muslim seperti "ceha". Berjarak hanya beberapa bangunan saja dari Dataran Merdeka, masjid ini berada di tempat yang cukup strategis karena tak jauh juga dari lokasi Pasar Seni dan Menara Kuala lumpur. Sehingga tak jarang terlihat beberapa wisatawan yang selain berniatan untuk beribadah, juga sengaja singgah untuk sejenak menghela napas yang lelah dan mengistirahatkan langkah yang tertatah. sebagaimana seorang wisatawan pada umumnya, "ceha"pun mengabadikan keberadaannya tersebut dengan satu-dua klise sederhana yang diambil dari gadget miliknya, dengan meminta bantuan pada wisatawan lain yang kebetulan juga senasib dengannya dan ternyata juga setanah air dan sebangsa, ia mulai berpose di hadapan bangunan islami tersebut layaknya seorang artis cover boy suatu majalah ternama kelas dunia. 

kini mulailah ia menancapkan pedal langkahnya menuju Dataran Merdeka, dalam hitungan menit sahaja dia telah sampai di sana, ternyata semangatnya sungguh luar biasa. Dataran merdeka adalah suatu kawasan yang penuh dengan sejarah, lebih tepatnya lagi sejarah perjuangan dan kemerdekaan warga Malaysia dari kaki tangan penjajah. "Ceha" kelihatannya tak begitu mengerti soal itu, yang dia tau hanyalah kemegahan bangunan yang kala itu sedang ditatapnya dengan dalam. Nama bangunan itu adalah Gedung Sultan Abdul Samad, bangunan yang memiliki nilai artistik serta arsitektur yang megah tersebut telah membuatnya sedikit teriak dalam diamnya. Puas dengan jamuan gedung bersejarah itu, ia ditarik oleh tiang bendera yang menjulang tinggi tak jauh di hadapan gedung Sultan Abdul Samad yang tingginya nampak mencakar awan yang melintas diatasnya. Di tiang bendera itulah untuk pertama kalinya bendera Malaysia dikibarkan dengan jaya.

Tak lama ia di bawah tiang bendera tersebut, teriknya matahari siang itu sangat menyengat dan terasa menembus ubun-ubun kepala "ceha" yang berlapis rambut tipis. Dari sana ia melanjutkan kesendiriannya, tak sampai langkahnya lelah, ia dikejutkan dengan bangunan yang bertuliskan Galeri Kuala Lumpur yang biasa juga disebut dengan Kuala Lumpur City Galeri. Hanya perlu 5 ringgit saja untuk menghibur diri dengan seisi galeri tersebut sekaligus menambah cakrawala atas cerita masa silam Kuala Lumpur, perjuangannya rakyatnya melawan penjajah sampai pada perkembangan sekarang di berbagai sektor globalisasi dunia. Di dalam galeri tersebut juga, setiap mata akan dihadapkan dengan megahnya miniatur Kuala Lumpur, juga replika gedung-gedung pencakar langit Malaysia yang elok nan megah. Ah nampaknya hati ceha mulai menaruh sedikit perasaannya. Seakan suatu realita masa kini yang kelak akan menjadi salah satu sejarah indah dalam hidupnya. Lagi, ia temukan kemesraan dengan semesta, kala semesta menyapa dan memberikan senyumnya, kala raya menyambutnya, menciptakan kehangatan dalam pelukan yang bernama cinta.

Dialog "ceha" hari ini ia akhiri dengan syukur pada tuhan semesta raya yang maha Esa atas segala kemesraan-Nya yang ia salurkan melalui perantara para hamba-Nya.



Oleh : Muhammad Chandra


Kuala Lumpur, 20 Mei 2017


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MASIHKAH KITA?
Sesore ini, Sedang hujan kian membasahi Di sela-sela bale bambu depan rumahku Kuselipkan sepilihan rindu Sambil terus bermunajat Pada semesta sore yang menjadi waktu paling romantis?
MENGUNGKAP YANG TERSEMBUNYI
Cinta, menurut Jalaluddin ar-Rumi, merupakan cahaya kehidupan dan nilai kemanusiaan. Sesungguhnya cinta itu kekal; jadi harus diberikan kepada yang kekal pula. Ia tidak pantas diberikan kepada yang ditakdirkan fana’
SEBELUM KUPERGI BERLADANG
Sama seperti kemarin, aku berdo’a sebelum beranjak menuju ladang kopiku yang juga merupakan warisan orang tuaku. Di sela do’aku, Amad; begitu aku memanggil anakku; datang menghampiriku dengan membawa setoples emping dan secangkir kopi khas racikan keluarga. “Bah, ini kubuatkan kopi untuk abah...spesial dari anak abah tercinta”, ujarnya sambil menaruh secangkir kopi hangat di hadapanku.