kisah ini masih berlanjut...
semakin panjang dan semakin menambah wawasan sekaligus pengetahuan "ceha" sepanjang ia menghembuskan nafasnya di tanah Jiran. hari kedua dan kektiganya ia lewati dengan mengikuti perkuliahan di Universitas Sains Islam Malaysia (USIM). Sama seperti hal-hal lainnya yang ia temui sebelumnya, kampus ini pun merupakan bagian dari mitos dalam dirinya yang akhirya terpecahkan.
Hari pertama di USIM, "ceha", para dosen pembiming dan teman-teman satu programnya itu menerima sambutan yang cukup hangat dari pihak kampus. selepas diberikan sedikit pengarahan, dia bersama teman-teman lainnya bergegas menuju kelas yang telah ditentukan sesuai pembagian kelompok masing-masing, kala itu "ceha" berkesempatan memasuki kelas Ushul Fiqh bersama dua teman lainnya, Abdussalam Zaenal Arifin dan Firda. Sebagaimana wajarnya disetiap pertemuan awal, dia dan dua teman lainnya memperkenalkan diri dihadapan para mahasiswa melalui lisan dosen pembimbing mereka yaitu al-ustad Samsul Zakaria. Nampaknya ini merupakan kelas mahasiswa paling absurd yang pernah ia temui, bukan mahasiswanya, melainkan pakaian yang dikenakan oleh beberapa orang mahasiswa yang mirip dengan pakaian para penegak hukum, polisi, tentara, bahkan dewan pertahanan. usut punya usut, benar memang mereka itu adalah para polisi, tentara, dan juga dewan pertahanan awam dalam lingkup kampus mereka. Mereka itu para mahasiswa yang mengabdikakn diri mereka dalam pengadaan pengamanan dan ketertiban di lingkungan kampus mereka. Mereka memiliki tanggung jawab lebih sebagai seorang mahasiswa, tanpa upah mereka mengabdi, memberi dan berkontribusi lebih pada almamater mereka.
Apa ini yang dinamakan dengan IKHLAS ? memberi tanpa harap diberi, berbagi tanpa harap pamrih, atau bahkan kelapangan hati tatkala caci dan maki menghampiri usaha diri ? "ceha"pun kembali dan mulai meresapi realita yang ia temui hari ini, mencoba memahami walau pada akhirnya hanya sebatas menghabiskan secangkir kopi yang tertengger dilemari.....hanya mereka dan tuhanlah yang mengerti.
setelah sedikit berkonsentrasi dengan alam fikirnya, "ceha" beserta rombongan lainnya bersiap untuk berburu oleh-oleh khas negeri yang satu ini. Mereka beranjak dari penginapan menuju Pasar Seni, begitu orang menyebutnya, sebutan yang lazim yang disematkan pada suatu pusat perbelanjaan oleh-oleh khas Malaysia. Hampir seluruh jennis leh-oleh mulai dari makanan sampai pernak pernik khas negeri Jiran dapat ditemui disini dengan harga yang relatif terjangkau seperti cokelat, gantungan kunci, pakaian, serta berbagai macam kain kerajinan tangan pun ada disana.
kuala Lumpur, 19 Mei 2017
Hari berikutnya ia beserta rombongan tiba kembali di universiti, hari ini mereka ditempatkan di satu kelas bersamaan. subjek kuliah pertama yaitu Ushul Fiqh dan diteruskan dengan Islamic Family Law of Malaysia. selepas perkuliahan mereka dengan kompaknya berbegas menuju perpustakaan fakultas untuk mencari dan mengumpulkan sumber-sumber yang kiranya dapat dijadikan bahan referensi bagi tugas penelitian mereka. di sini mereka di temani oleh Adieka, mahasiswa semester 6 yang nampaknya ia memegang posisi tertentu namun tidak mereka ketahui sama sekali, Adieka pun tak menjelaskan hal itu, ah ya sudahlah mungkin bagi "ceha" tidak begitu penting mengetahui jabatan seseorang, selama dia memiliki kontribusi dan membantu, kenapa tidak untuk kita terima. Simple saja nampaknya bagi "ceha" dalam memandang retorika kehidupan ini. kembali lagi ke Adieka, ini bukan soal perpustakaannya ataupun tumpukan buku serta deretan kusri di dalamnya, tapi ini soal Adieka. Nampak luar dia terlihat tidak begitu berbeda dengan mahasiswa lainnya, dengan perawakan berbadan besar dan tinggi, berkulit putih dan berambut pendek, ia membimbing kami selama di perpustakaan, menjawab dan menjelaskan setiap pertanyaan yang menimpanya sejauh kemampuan dan pengetahuannya yang memang cukup jauh. kelihatannya Adieka telah melahap dengan santap berbagai macam buku, hal itu nampak ketika ia dengan tanggap menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari benak "ceha" dan teman lainnya. wawasannya yang luas bukan hanya dalam ranah pengetahuan akademisi namun juga sampai pada politik, sastra dan sejarah membuat "ceha" semakin asik berbincang dengannya. Terlihat ketika ia menyinggung soal kasus penistaan agama yang menimpa Ahok, ia juga ternyata mengikuti perkembangan PILKADA Jakarta. cukup mengesankan mungkin ketika ada seorang mahasiswa luar yang ternyata juga cukup memperhatikan perkembangan berita di negeri kita. Banyak yang Adieka sampaikan, selain persolana kasus Ahok ia juga tertarik dengan salah seorang tokoh penulis muslim Indonesia yaitu Nurcholis Masjid dan Buya Hamka, serta seorang sastrawan legendaris terkenal Chairil Anwar. salah satu karya sastrawan tersebut yang paling ia sukain adalah karyanya yang berjudul Aku.
Ternyata memang seharusnya begitu seorang dalam menuntut ilmu, tak mengenal jarak, apalagi batas wilayah kenegaraan. Dan memang seperti itulah yang dilakukan oleh para ilmuan muslim terdahulu, Imam Bukhori contohnya, yang rela menempuh jarak berkilo-kilo meter demi membuktikan kebenaran suatu pengetahuan(hadits). Tak sia-sia bagi "ceha" telah bertemu dengannya, banyak pelajaran dan inspirasi baru yang didapatnya. semakin membuka kesadarannya bahwa takpernah ada batasan tertentu dalam menuntut ilmu.
kembalinya ia dari universiti, dia teringat dengan pepatah Arab yang berbunyi :
اطلب العم و لو بالصنّ
Dalam renungnya, kalau nanti kampus asalnya menyediakan kesempatan untuk pergi ke China, penuh harapnya agar nasib baik berpihak padanya. dapat belajar di negeri yang kental dengan pepatah bijaknya itu, syukur-syukur jika sekaligus dapat menyicipi secangkir kopi khas negeri tirai bambu itu.
tak sengaja cengir manis si "ceha" pun nampak. untung tak ada yang meilihatnya hihihi....
oleh : Muhammad Chandra
kuala Lumpur, 18 Mei 2017