Selasa, 16 Mei 2017

Catatan Student Exchange Ahwal Al Syakhshiyyah "Menjalin Persaudaraan di Negeri Jiran - day 1"

SERUPA TAPI TAK SAMA

Okeh...
ini hari pertama perjalan "chandra", (sebut saja is "ceha") keluar dari batas negeri bahkan sampai melewati batas maritim bumi pertiwi. "ceha", mahasiswa Yogya yang berasal dari ibu kota, Jakarta tepatnya, dia juga seorang mahasiswa simpang siur yang sudah berkali-kali keluar masuk berbagai  dunia organisasi semasa kuliahnya yang masih seumur biji jagung ini. dengan rasa penasaranya yang tinggi dan keingin tahuan terhadap suatu hal yang menurutnya baru, ia telah mennggauli berbagai organnisasi mulai dari organisasi pergerakan kampus, kepencinta alaman, sampai organisasi kampus yang bergerak dibidang dakwah.

KASUS PERTAMA :

Cerita ini dimulai dariiii...hhhhmmmmm....selasa, tepatnya 16 Mei 2017 adalah hari paling bersejarah baginya KARENA ia merupakan HARI PERTAMANYA melakukan perjalanan dengan menumpang kendaraan yang bernama PESAWAT. ya, pesawat itu makhluk sejenis burung berukuran raksaksa yang dapat menampung ratusan manusia bahkan lebih. karena ini pengalaman pertamanya, wajar jika dia menimbulkan berbagai reaksi-reaksi aneh...semoga tuhan mengampuninya...kembali kepersoalan awal kita, hampir semua manusia yang ada dimuka bumi ini sudah tidak asing lagi dengan PESAWAT. tapi tidak bagi "ceha", menurutnya pesawat adalah makhluk yang penuh dengan keajaiban, makhluk yang dapat terbang tinggi bebas di angkasa dengan bobotnya yang berkali-kali lipat lebih berat dibanding bobot mobil puso yang sering ia temui dijalanan. makhluk ini mirip dengan burung, keduanya memiliki sayap, ekor, dan kaki. tapi keduanya terbuat dari meterial yang jauh berbeda, PESAWAT terbuat dari rangkaian besi yang kokoh dan padat. sedangkan burung, merupakan segumpal daging yang dilapisi oleh bulu-bulu yang halus. keduanya jelas berbeda TAPI serupa.

KASUS KEDUA :

Masih di hari yang sama, "ceha" dan teman seperjalanannya dilengkapi oleh pendamping mereka melakukan suatu ritual kemanusiaan, yaitu makan siang. dalam ritual tersebut, "ceha" memesan ES TEH untuk dijadikan pelengkap dalam ritualnya tersebut. Di negera tempat "ceha" berasal, ES TEH adalah sebutan untuk secangkir racikan teh yang dipadukan dengan es batu agar memberikan efek segar bagi peminumnya. tapi nampaknya negeri Jiran ini memiliki keunikannya tersendiri dan inilah yang menimpa "ceha" pada ritual pertamanya di Jiran. ES TEH yang ia harapkan hadir sesuai dengan ekspektasinya justru jauh dari itu. ia justru menerima segelas racikan teh yang telah dicampur dengan elemen-elemen lain yang menjadikan rasanya tidak sama sekali seperti yang "ceha" bayangkan. serupa memang, namun tak sama. es teh bagi masyarikat Jiran adalah perpaduan sempurna antara air, teh, dan elemen lain yang tak pernah "ceha" ketahui sebelumnya. Sedangkan es teh sebagaimana dimaksud oleh "ceha", yaitu perlu sebutan lain yang mana masyarakat Jiran menyebutnya dengan sebutan ICE TEA(baca : AIS TI).


Ada kalanya kembar itu berbeda
dan serupa, tak selamanya sama


Paling tidak inilah yang didapatkan oleh "ceha" pada perjalanan pertamanya itu ke negeri Jiran, negeri yang telah lama bertetangga dengan negara asalnya, INDONESIA.



Oleh : Muhamad Chandra

Kuala Lumpur, 16 Mei 2017


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MASIHKAH KITA?
Sesore ini, Sedang hujan kian membasahi Di sela-sela bale bambu depan rumahku Kuselipkan sepilihan rindu Sambil terus bermunajat Pada semesta sore yang menjadi waktu paling romantis?
MENGUNGKAP YANG TERSEMBUNYI
Cinta, menurut Jalaluddin ar-Rumi, merupakan cahaya kehidupan dan nilai kemanusiaan. Sesungguhnya cinta itu kekal; jadi harus diberikan kepada yang kekal pula. Ia tidak pantas diberikan kepada yang ditakdirkan fana’
SEBELUM KUPERGI BERLADANG
Sama seperti kemarin, aku berdo’a sebelum beranjak menuju ladang kopiku yang juga merupakan warisan orang tuaku. Di sela do’aku, Amad; begitu aku memanggil anakku; datang menghampiriku dengan membawa setoples emping dan secangkir kopi khas racikan keluarga. “Bah, ini kubuatkan kopi untuk abah...spesial dari anak abah tercinta”, ujarnya sambil menaruh secangkir kopi hangat di hadapanku.