Begitu juga
usia yang terus menjajah
Seperti hasrat
Belanda pada Indonesia dulu kala
Dan umurku,
Adalah mangsa
paling nyata
Bagi detak
detik arloji tua milik mama
Satu dua dering
Gemar
menyapaku,
Sosok dibaliknya
pun kian resah
Sebab,
Tuan yang
dituju masih basah oleh keringat kuliahnya
Mama tak pernah
curiga
Mungkin sang
anak sedang asik dengan pena
Melikus cita
Membangun masa
depan keluarga
Mama memang tak
suka curiga
Kelak, mama
psti bertanya
Anakku sedang
apa?
Semoga
baik-baik saja; batinnya
Kadang mama
salah,
Disebrang sana
Anaknya tak
sedang kuliah
Justru sibuk
memakan hari
Menemani
kekasih hati
Telepon dari
mama
Sering luput
oleh mata
Sejak harinya
disibukkan oleh cerita masa muda
Sebelum suara
dibalik dering itu berganti
Menjadi kabar
yang menyayat hati
Mulailah
pahami,
Mama hanya
ingin mendengar celotehmu
Menjagamu
seperti dulu
Mendengar kabar
tentangmu
Sambut dering
telepon dari mama!
Agar ayah
dirumah dapat melihat senyum indah mama
Selamat hari
mama...
Yogyakarta, 22
Desember 2017
Muhammad
Chandra, peminum kopi, penjaga perpustakaan sukarela “Tangga Baca”.