Senin, 21 Januari 2019

DESEMBER, TEMPAT YANG KAU LUPAKAN

Adalah lupa
Yang menjadi teman baikmu
Acuh, sudah jamaknya hinggap dalam detikmu.
Perihal kemarin
Sudah lama kujadikan rindu
Bersemahyam dibalik ingatku
Terkubur dalam acuhmu, lagi.

Tawamu tersimpan rapat disetiap serat kursi itu
Yang dulu sempat mencuri senyummu
Menjadi penonton atas pentas kita berdua
Pentas yang kasat rasa.

Aku ingat betul geraham mu
Yang melirik ku manis dan pergi lagi terburu buru.

Bukan ku memutar khayal atau hanyut dalam rindu
Yang tak kau insyafi itu

Lupamu, adalah mutlak bagiku.
Tapi aku sedang merindu
Walau hanya sebatas rindu

Merindu dalam dosa pada penghujung Desember.
Desember,
Yang kau sebut tempat kembali.

Yogyakarta, 30 Desember 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MASIHKAH KITA?
Sesore ini, Sedang hujan kian membasahi Di sela-sela bale bambu depan rumahku Kuselipkan sepilihan rindu Sambil terus bermunajat Pada semesta sore yang menjadi waktu paling romantis?
MENGUNGKAP YANG TERSEMBUNYI
Cinta, menurut Jalaluddin ar-Rumi, merupakan cahaya kehidupan dan nilai kemanusiaan. Sesungguhnya cinta itu kekal; jadi harus diberikan kepada yang kekal pula. Ia tidak pantas diberikan kepada yang ditakdirkan fana’
SEBELUM KUPERGI BERLADANG
Sama seperti kemarin, aku berdo’a sebelum beranjak menuju ladang kopiku yang juga merupakan warisan orang tuaku. Di sela do’aku, Amad; begitu aku memanggil anakku; datang menghampiriku dengan membawa setoples emping dan secangkir kopi khas racikan keluarga. “Bah, ini kubuatkan kopi untuk abah...spesial dari anak abah tercinta”, ujarnya sambil menaruh secangkir kopi hangat di hadapanku.