Adalah lupa
Yang menjadi teman baikmu
Acuh, sudah jamaknya hinggap dalam
detikmu.
Perihal kemarin
Sudah lama kujadikan rindu
Bersemahyam dibalik ingatku
Terkubur dalam acuhmu, lagi.
Tawamu tersimpan rapat disetiap
serat kursi itu
Yang dulu sempat mencuri senyummu
Menjadi penonton atas pentas kita
berdua
Pentas yang kasat rasa.
Aku ingat betul geraham mu
Yang melirik ku manis dan pergi lagi
terburu buru.
Bukan ku memutar khayal atau hanyut
dalam rindu
Yang tak kau insyafi itu
Lupamu, adalah mutlak bagiku.
Tapi aku sedang merindu
Walau hanya sebatas rindu
Merindu dalam dosa pada penghujung
Desember.
Desember,
Yang kau sebut tempat kembali.