Senin, 21 Januari 2019

SELAMAT MENEMPUH HIDUP BARU

Baru saja ku pulang
Dari sekedar mengisi luang
Lalu sembahyang fardhu
Saat malam mulai melayu

Makin hari makin tak tentu
Seperti budak tambang batu
Meringis dan merintih melawan jemu

Dan lalu,
Ku seduh malam itu dengan segelas rindu
Sambil termangu diambang pintu
Melipat waktu demi waktu
Mengaduknya bersama kopi, gula, dan susu

Dan untukku ku ucapkan
Selamat menempuh hidup baru

Yogyakarta, 05 Maret 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MASIHKAH KITA?
Sesore ini, Sedang hujan kian membasahi Di sela-sela bale bambu depan rumahku Kuselipkan sepilihan rindu Sambil terus bermunajat Pada semesta sore yang menjadi waktu paling romantis?
MENGUNGKAP YANG TERSEMBUNYI
Cinta, menurut Jalaluddin ar-Rumi, merupakan cahaya kehidupan dan nilai kemanusiaan. Sesungguhnya cinta itu kekal; jadi harus diberikan kepada yang kekal pula. Ia tidak pantas diberikan kepada yang ditakdirkan fana’
SEBELUM KUPERGI BERLADANG
Sama seperti kemarin, aku berdo’a sebelum beranjak menuju ladang kopiku yang juga merupakan warisan orang tuaku. Di sela do’aku, Amad; begitu aku memanggil anakku; datang menghampiriku dengan membawa setoples emping dan secangkir kopi khas racikan keluarga. “Bah, ini kubuatkan kopi untuk abah...spesial dari anak abah tercinta”, ujarnya sambil menaruh secangkir kopi hangat di hadapanku.